Abstract. Takdir himself, or S.T.A. as he used to sign his contributions, did his best, in the pre-war years of Pudjangga Baru, to give shape to this ideal of Bahasa Indonesia as the medium of a really new literature. Sutan Takdir Alisjahbana (STA), (11 Februari 1908 - 17 Juli 1994) adalah seorang budayawan, sastrawan dan ahli tata bahasa Indonesia. Ia juga salah satu seorang pendiri Universitas Nasional, Jakarta . Sutan Takdir Alisjahbana (1908-1994) Menuju ke Laut. Kami telah meninggalkan engkau, tasik yang tenang, tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun dari angin dan topan. Sebab sekali kami terbangun, dari mimpi yang nikmat. "Ombak riak berkejar-kejaran di gelanggang biru di tepi langit. Pasir rata berulang dikecup, tebing curam ditantang diserang, Mempunyai mata, tiada bermata. Dapat melihat, tak pandai melihat. Sebab beta melihat Tuhan di-mana2. Diujung kuku yang gugur digunting. Pada selapa kering yang gugur ke tanah. Pada matahari yang Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi. Terteram dan damai berbaju putih di dalam kubur. Tetapi hidup ialah perjuangan. Perjuangan semata lautan segara. Perjuangan semata alam semesta. Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai. Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam lihat foto. net. Puisi Tak Mengerti Sutan Takdir Alisjahbana: Semuda itu lagi Sebanyak itu cita dikandung Sebesar itu. Puisi Tak Mengerti Sutan Takdir Alisjahbana. Semuda itu lagi, .

sutan takdir alisjahbana puisi